Latest Stories

8 Kebiasaan 'Baik' yang Harus Dipikir Ulang





Hai teman-teman apa kabar. Saya sangat (semakin) tergelitik untuk menulis post ini setelah membaca kasus tentang Alm. Sandy yang meninggal karena dikerjai temannya - baca disini. Singkatnya dia meninggal karena kesetrum setelah ulang tahunnya "dirayakan" oleh teman-temannya yang padahal sudah tidak lagi abege. Padahal katanya Alm. sedang menyiapkan pernikahannya loh.

Sudah lama sih saya ingin menulis yang agak serius begini tapi diurungkan. Sekalian saja ya saya tulis sekarang apa saja yang menggelitik di benak saya, terkait hal-hal yang kelihatannya positif yang sudah mendarah daging di budaya Indonesia. Bukan bermaksud menjelekkan negeri sendiri loh ya, tapi ini sekedar refleksi saja, semoga ada yang membaca dan kita semua bisa berpikir ulang tentang "kebaikan" dibawah ini :)


1. Merayakan "kekompakkan", ulang tahun dikerjain terus minta traktiran. 

Ini nih saya taruh di posisi paling penting. Saya sendiri ulang tahunnya bulan Juni, jadi dulu itu selalu bertepatan dengan libur sekolah. Sempet sedih sih gak pernah disiram waktu sekolah, yah begimana mau disiram atau diceplok telor, wong bocah lagi pada ngedekem dirumah semua. Tapi semakin dipikir kemari, saya sadar itu ternyata adalah sebuah momok persahabatan yang sebenarnya bentuk halus dari "bullying". Kok bisa? Yaa bisa, kalau dipikir ulang, kita malah mempermalukan teman kita di hadapan banyak orang. Seharusnya kita ikut senang dia masih diberikan usia satu tahun lagi. Kita tidak pernah tahu apakah satu tahun ini dia mengalami kebahagiaan atau kemalangan, justru ingatkan dia kalau kita selalu mendukung dia dalam setiap tahunnya. Berikan dia doa, hadiah, dan makanan enak, jangan malah disiram, ceplok telor, bahkan ditepungin - memangnya dia tempura?

Di budaya lain, yang berulang tahun itu justru diberikan makan dan dihadiahi banyak hal. Kalau disini, sudah akrab banget ya dengan kalimat "Traktir doooonnngg ulang tahun!" Sebenarnya gak salah sih, tapi yaa mengacu pada point diatas tadi. Menurut saya sih kurang pantas ya - sudah membully atas nama "persahabatan" terus minta ditraktir - rampok.
Ulang tahun? Minta ditraktir. Wisuda? Minta ditraktir. Abis gajian? Minta ditraktir. Baru jadian? Minta ditraktir. Mau menikah? Minta ditraktir. Budaya minta-minta kok dipelihara.

Pernah gak saya menyiram orang ulang tahun? Pernah, waktu SMP dan SMA - dan yaa saya menyesal sekarang.


source: google


2. Basa-basi terselubung "Oleh-oleh yah!" ke yang lagi liburan. 

Pasti semua dari kita pernah berucap atau diucapkan hal ini yah. Terdengar sangat super lazim - ya iya dong kan sudah menjadi budaya - tapi coba dipikir ulang yuk. Rasanya risih gak kalau kita sedang pergi liburan terus "dititipin" oleh-oleh yang tersirat dibalik basa-basi itu? Kalau saya sih iya. Kalau nggak ngasih gak enak nanti. Padahal bisa pergi saja sudah sukur, budget dihitung sedemikian rupa supaya bisa liburan dengan nyaman. Mungkin bagi sebagian besar kalangan tidak akan jadi masalah - tapi menurut saya ada secuil beban yang diletakkan kepada orang lain kalau kita berbasa-basi tentang oleh-oleh. Belum lagi kalau listnya banyak = keluarga inti, para bff, geng sekolah, geng kantor, sepupu, pacar, calon mertua, pacar tetangga. Kalau mau beli barang murah sekedar gantungan kunci atau tempelan kulkas sih masih mampu, tapi apa iya yang dikasih puas dan senang? Ahhh, mereka pasti seneng-seneng aja wong ketawa kok dikasi pake bilang "Makasih ya, duhh jadi ngerepotin", basa-basi busuk doang ujungnya cuma digeletakin gitu aja pasti.

Kalau saya gimana? Saya beli kok, setiap ke luar negri pasti beli sesuatu yang khas, tapi yah enggak se-RT dibeliin semua. Tapi saya tidak pernah lagi berucap minta oleh-oleh kepada yang mau liburan, saya tidak mau merusak moment liburan mereka yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk kualitas dirinya sendiri. Sukur-sukur kalau ternyata malah dikasih, ternyata saya disayang kan :)



source: google

3. Belajar super mati-matian biar bisa masuk IPA dan lulus dengan hasil terbaik. 

Paradigma orang Asia kebanyakan adalah: anak yang pintar adalah yang masuk IPA, lulus dengan hasil terbaik, dan yang matematikanya jago, IQ nya diatas 170. Yes saya anak generasi itu, orangtua saya juga selalu berfikir pintar itu kalau nilai matematika fisika kimia diatas 9. Tapi mereka juga bijaksana, thank God mereka tidak memaksakan saya harus masuk IPA dan dapat juara kelas. Padahal kemampuan seseorang itu gak harus ditentukan dari itu kan?

Banyak teman-teman saya yang dihukum orangtuanya kalau matematikanya dibawah 9. Dipukul, dikurung, dan dihukum gak boleh main keluar rumah - harus belajar private pulang sekolah sampai malam. Buat apa sih sebenarnya? Coba dipikir ulang. Kalau anaknya gak suka, mau sampai kuda kembali gigit besi juga dia tidak akan enjoy mempelajarinya. Akibatnya cuma ada 2 = anak membenci orangtua, atau anak membenci dirinya sendiri karena merasa gagal - keduanya efek yang buruk bukan?


Kalau teman saya menjawab ulangan seperti ini bisa dimutilasi mungkin oleh orangtuanya ya.
Padahal anak-anak ini pastinya sangat kreatif sebenarnya ;)





source: google

Everyone is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid. - Albert E.

4. Masa Orientasi Siswa baru yang sangat "melatih" mental. 

Sama aja dengan kata lain "bullying". Senior teriak-teriak sok galak, junior harus nurut, dipakein asesoris aneh, dihukum kaya bocah. Jangan kaget kalau sudah tua masih kaya anak kecil wong masuk kuliah aja masih dianggap anak kecil. Manfaatnya apa sih kalau teriak-teriak gitu? Sama sekali gak keren dan mendidik. Katanya mengasah mental juniornya biar tegas dan berwibawa - gak pake teriak juga caranya keles. Bahkan di beberapa kasus sampai ada yang meninggal, saya penasaran sama senior yang mukulin itu nyeselnya dibawa sampe mati gak apa nuraninya sudah jebol?

Orientasi yang baik sih menurut saya seharusnya yang bisa saling menginspirasi, membangun dan mengembangkan diri. Mungkin bisa diisi dengan seminar, studi kasus, workshop, atau apa kek yang lebih bermanfaat daripada nulis surat cinta buat senior tergalak sambil pake kalung pete.



source: meme comic indonesia



5. Cowok sejati harus selalu yang "membayar".

Seneng kan dibayarin, apalagi semua-semua ditanggung sama si pacar. Udah deh ini udah pasti bisa jadi suami yang baik dan bertanggung jawab. Oi tanya dulu ke dia bayarnya ikhlas gak, apa cuma karena "budaya" biar dianggap gentleman padahal dalam hati kesel bahkan sampai hutang. Gak salah sama sekali sih cowok yang bayarin, malah salut dong karena berarti dia mengerti tanggung jawab untuk membiayai nantinya. Tapi kalau semua-semua, dari makan, nonton, belanja, salon, kuku, dibayarin apa gak tekor dia? Kasian juga kali, Ladies. Lagian menurut saya, perempuan mandiri itu lebih seksi. Dia tahu dia butuh cowok, tapi tidak ketergantungan sama cowok. Percaya deh, cowok yang baik juga pasti punya naluri untuk membiayai kamu. Jadi jangan gengsi untuk bayarin makan si dia juga. Buat yang cowok, kalau lagi bokek jujur aja sama ceweknya, jangan malu ataupun gengsi. Pacaran juga gak harus keluar duit terus loh.

Kalau ada cowok sampai berpikir "Ah nanti gue punya banyak duit juga bisa dapet cewek dengan mudah!", yah jangan kaget yah, kamu cuma akan dapet cewek yang sayang sama harta kamu saja - gak lebih dari itu. The measurement you use will come to measure you back.


6. Antar-jemput anak setiap waktu demi "keselamatan". 

Kesannya sayang banget sama anaknya kalau kemana-mana dijemput diantar. Gak ada yang salah sih, tapi coba dipikir ulang apakah sudah pada porsi yang tepat. Saya punya banyak teman perempuan sudah diatas 25++ usianya tapi kemana-mana harus diantar jemput sama supir, gak boleh naik taksi ataupun ojek. Pak, Bu, ini merusak loh, anakmu jadi gak mandiri. Lah iya kalau kalian kaya raya terus-terusan, siapa yang pernah tau? Kalau juga kalian bisa hidup 100 tahun. Kalau kalian mati si anak apa bisa hidup sendiri? Kasihan loh anakmu.

Saya anak tunggal di keluarga, tapi orangtua saya mengajarkan untuk tidak manja. Saya belajar naik taksi (tentunya dipantau dan bijaksana memakai kendaraan umum ya!), belajar menyetir mobil, dan akhirnya sekarang bisa antar orangtua kalau mau pergi. Bukan bermaksud sombong loh, tapi saya cukup bangga saya bukanlah perempuan manja yang selalu menunggu untuk bergerak.


source: google


7. "The grand wedding". 



"Duh ga enak kalo dia gak diundang soalnya dulu nikahan anaknya dia undang mama.."
"Emang mama deket sama dia?"
"Nggak sih, cuma nanti diomongin orang-orang dibelakang loh."
"Duh, yauda tambah 2 nih undangan buat tante Anu dan tante Ano!"
"Gitu dong, nak, eh 1 lagi dong, temen mama dari Amerika lagi dateng juga harus diundang loh, jarang-jarang kan dia ke Indo!"
.
.
.
BUKAN. Bukan dialog antara saya dan mamak, BUKAN! Hahahaha. Tapi itu salah satu alasan klasik kenapa jumlah undangan di kawinan orang Indo terus menerus bertambah. Fakta, lihat sendiri - maklum kerja di dunia wedding nih. Yahh gak salah sih kawinan gede-gedean di grand ballroom, undang 2000 manusia (berkah kan kasih makan orang lain), tapi percaya deh 80% pasti biasanya gak kenal, dan sering banget ketemu yang ternyata "numpang makan" tapi gak kenal sama sekali. Makeup tebel baju berat pasang senyum berdiri tegak sambil salaman bilang makasih untuk 3 jam kedepan di atas pelaminan.
Abis nikahan bermilyar-milyar terus tinggal di kontrakan. Sedih.


8. Dirumah bicara dengan bahasa Inggris dengan anak. 

Sudah gak asing lagi sih ngedenger anak abege dan anak baru bisa jalan nyerocos pake bahasa Inggris dengan logat yang gak kalah enak didengar sama bule-bule asli Barat. Keren banget deh, salut saya juga. Pasti disekolahin di sekolah internasional dan dirumah pun ngobrol bahasa Inggris dengan orangtuanya. Salah gak sih? Ya sekali lagi enggak, cuma menurut saya sih si anak jadi kehilangan "nasionalisme" yang seharusnya diajar dan ditanamkan sedari kecil. Mereka lebih hafal lagu "Love Yourself" nya Justin Bieber daripada "Gundul Pacul", yahh boro-boro deh, coba suruh nyanyi lagu anak Indo apa aja deh bisa gak. Saya suka sedih dan seneng dalam waktu yang bersamaan. Seneng karena anak sekecil itu sudah bisa ngobrol lancar pake Inggris, bakal mudah deh kalau mau kerja atau sekolah di luar negri kan. Tapi sisi lain sedih juga karena dia agak sangat kurang paham bahasa Indonesia. Yah biar gimana kan tetep anak Indonesia yang lahir dan besar disini yah, terlepas rencana hidup dari orangtuanya akan dikemanakan nantinya :)



Kelar juga yah, yauda segitu aja, daripada sebentar lagi ditimpukin batu sama seantero penghuni dunia maya. Jangan ada yang tersinggung ya, ini semata pengamatan pribadi saya yang sangat menggelitik aja pengen ditulis daripada mubazir di otak kan yah.

Semoga menginspirasi, artikel ini siap dikomen :)

Cao!

Comments

  1. hahahahaa aku bacain semuanyaaa satu persatuu kya lagi baca artikel majalah XD nice post Rhe, I can feel and relate (PS, cheeerss June girl! XD )

    Sherry, from
    www.sheemasherry.com

    ReplyDelete
  2. Setujuuuuu sama kamu Rhe!! Salah satu yang paling nyebelin itu emang pas ulang tahun pake acara ditepungin segala... sayang bahannya mendingan buat bikin bakwan

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah emberan mending bkin makanan yeh nyaaamm <3

      Delete
  3. Setuju setuju setujuuuu ama semuanya. Paling sebel sama bagian 'oleh-oleh' wakakakak atau titipan.

    esybabsy.blogspot.co.id

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahhaha siapin ongkos lebih ya mak utk oleh2 XD

      Delete

Form for Contact Page (Do not remove)